Minggu, 06 April 2014

2. TANTANGAN DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA ABAD 21

2      TANTANGAN DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA ABAD 21


Sekilas tentang kehidupan ekonomi  -  34
Capaian kemakmuran berbeda  -  36
Ketergantungan ekonomi  -  38 

Kehidupan ekonomi adalah kehidupan manusia. Kehidupan ekonomi diawali dengan masa berburu hingga masa industri dan perdagangan global. Tahap-tahap perkembangan ekonomi tersebut pada umumnya dapat dibagi dalam beberapa fase sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 2 PERKEMBANGAN EKONOMI


Ekonomi Praklasik
Ekonomi Klasik
Ekonomi Terbuka
Ekonomi Global
Tingkat Prakapitalisme
Tingkat Kapitalisme Menengah. Munculnya kolonialisme
Tingkat Kapitalisme Tinggi. Tumbuhnya kolonialisme
Tingkat Kapitalisme Akhir. Berakhirnya kolonialisme.
Masa Primitif
Masa rumah tangga tertutup
Masa Pertanian dan kerajinan
Masa Kerajinan, industri dan perdagangan
Masa perdagangan global
Cara memenuhi kebutuhan hidup dengan mengembara dan berburu.
Hidup bersama (relatif) menetap dan memenuhi kebutuhan hidup dengan cara berternak dan bertani.
Hidup menetap dengan tataran adat istiadat dan etika. Pemenuhan kebutuhan hidup dengan bertani dan kerajinan
Hidup dengan tataran kemasyarakatan. Pemenuhan kebutuhan hidup  berkem-bang dari kerajinan menuju pada Industri dan perda-gangan yang lebih intensif antar kelompok masyarakat.
Hidup dengan tataran kebangsaan. Pemenuhan kebutuhan hidup berkembang dari skala industri dan perdagangan yang lebih intensif antar kelompok negara.
Tidak ada tukar menukar antar kelompok masyarakat
Pertukaran antar kelompok masyarakat dengan cara innatura/ barter
Pertukaran antar kelompok masyrakat dengan menggunakan uang sebagai alat pertukaran dan pengukuran nilai.
Uang juga digunakan untuk mempermudah menghimpun kekayaan setiap orang, kelompok, atau negara. Uang dipinjamkan untuk sumber daya ekonomi.
Pertukaran antar kelompok masyarakat berkembang menjadi berbagai jenis pasar barang dan jasa.
Penjualan kredit dan cara penjualan berjangka diperkenalkan.
Standar dan auturan perdagangan internasional disepakati dan berlaku bagi setiap negara.

Setiap negara dapat menggu-nakan sumber daya negara-negara lain termasuk uang untuk pertumbuhan ekonomi. Produk  tidak lagi sepenuhnya dibuat oleh satu negara tetapi oleh banyak negara.
Saling ketergantungan dalam berbagai bidang industri, membuat tingkat kerumitan pengaturan bidang industri dan perdagangan dan jasa.
Tidak ada teori ekonomi dan tidak dikenal ketimpangan sosial ekonomi.
Timbul ketimpangan sosial ekonomi antar kelompok masyarakat dalam satu negara.
Dikotomi antara kapitalisme dengan sosialisme
Ketimpangan sosial ekonomi antar kelompok dan antar negara.
Dikotomi antara kapitalisme dengan sosialisme hingga komunisme.
Ketimpangan sosial ekonomi dalam situasi saling keterr-gantungan antar kelompok dan antar negara.
Komunisme kehilangan nilai fragmatisme. Kapita-isme dihadang oleh saling ketergan-tungan dan kolaborasi antar kelompok/ negara.
Sumber : Friedrich List, Karl Bucher, Bruno Hildebrand, Werner Sombart, Peter Drucker, Paul Krugman, Stiglitz, Tapscott & AD Williams-  diolah
Bagaimana setiap kelompok mencapai masa-masa perkembangan kehidupan ekonominya? Hingga kini masing-masing kelompok umat ber-evolusi menurut kemampuannya.
Kelompok umat dengan ekonomi tertutup
Ada kelompok-kelompok umat yang masih berada pada masa perkembangan rumah tangga tertutup. Pada masa ini, masyarakat hidup berkelompok menetap dalam suatu daerah kecil, terisolir atau mengisolir diri. Tidak ada hubungan antara kelompoknya dengan kelompok lainnya.  Jikapun ada hanya dalam hubungan yang sangat terbatas untuk melakukan pertukaran barang secara terbatas.
Mereka tidak mengetahui perkembangan kelompok umat di belahan bumi lainnya. Contoh keadaan seperti ini kita dapati seperti pada kelompok Kampung Naga atau Kelompok Badui di Jawa Barat, Dayak atau Asmat di Kalimantan dan Irian atau Aborigin di Australia. Kendatipun saat ini, mereka sedang mengalami adaptasi dan penyesuaian karena terbukanya isolasi pada daerahnya, namun pasti akan dirasakan sangat berat karena kesenjangan yang terlalu jauh, baik dalam pola kehidupan sehari-hari maupun struktur nilai hidupnya.
Dibalik itu semua terdapat suatu kearifan dimana mereka umumnya mempunyai prinsip harus selaras dengan alam, dan itu berarti memelihara ekosistem pada lingkungannya sendiri.
Kelompok umat dengan ekonomi terbuka
Bagi mereka yang menyebar ke seluruh penjuru dunia, seperti bangsa-bangsa Eropa akhirnya menguasai hampir setiap belahan bumi dengan menerapkan kolonialisme. Hal ini hanya memungkinkan bukan hanya keberanian mengarungi luasnya samudera yang melingkupi bumi, akan tetapi berkembangnya pengetahuan yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi koloninya. Mereka berkesempatan memaksakan semua aturan yang dibuat dan disepakati untuk berlaku di semua negara di dunia, yang akhirnya berlaku hingga kini dengan segala perubahannya.

Bagaimana keadaannya di Indonesia?
Jika memperhatikan kegiatan ekonomi dari Sabang hingga Merauke, kita akan melihat kegiatan ekonomi dari praklasik hingga kegiatan ekonomi terbuka dengan perdagangan luar negerinya. Bagaimana hal ini akan ditangani menjadi suatu tantangan berat tersendiri – Pengabaian kesenjanagn ini akan menimbulkan persoalan sosial politik.

CAPAIAN KEMAKMURAN BERBEDA
Pertumbuhan ekonomi membawa kemakmuran. Pencapaian kemakmuran setiap kelompok pada setiap daerah berbeda-beda. Demikian juga  kemakmuran yang dicapai oleh setiap negara. Perbedaan itu membawa konsekuensi kesenjangan yang semakin lebar. Sedikit dari jumlah penduduk dunia memperoleh kemakmuran lebih baik dan sebagian besar penduduk tetap berada dalam ketertinggalan.
Mengapa demikian? Karena perlombaan mencapai kesejahteraan kehidupan ekonomi antar-individu dan antar-kelompok umat manusia membawa konsekuensi persaingan. Hidup adalah perlombaan dan hidup adalah persaingan, karena untuk memenangkan persaingan, manusia berupaya sekuat tenaga dengan jalan apapun. Pada bagian lain, terdapat kelompok-kelompok manusia yang benar-benar tidak tersentuh oleh pergaulan atau perdagangan. Hidup cukup dengan berburu dan bercocok tanam dengan berpindah-pindah lahan. Sepintas dua pernyataan di atas tampak ekstrim. Namun berabad-abad kehidupan manusia memang berjalan dan meninggalkan fakta itu.
Kehidupan ekonomi dunia dapat dibagi kedalam kelompok selatan yang miskin dan kelompok utara yang kaya. Para ekonomis dan politisi dunia dari negara-negara pencetus ekonomi pasar bebas bisa berseloroh: bagaimana mungkin hidup tanpa persaingan dalam pasar bebas? Padahal dengan persaingan pasar bebas itulah yang mendorong pertumbuhan umat manusia dengan lebih baik.     
Situasi dengan ketimpangan sosial-ekonomi bukan hanya dilakukan oleh orang-perorang atau oleh kelompok-kelompok umat tertentu saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang sesungguhnya dirancang untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Lalu apa yang salah?
Hingga kini, masalah ekonomi menempati pokok bahasan yang pelik dibanding permasalahan yang lain; karena bagaimanapun, manusia akan saling bersaing dalam mendapatkan makanan dan sumber kehidupan lainnya. Karena itu ekonomi merupakan salah satu faktor terpenting terhadap jatuh bangunnya suatu pemerintahan; juga menunjukkan kadar kesuksesan dan kegagalan politik yang berperan didalamnya, serta merupakan salah satu akibat muncul dan padamnya satu revolusi.19 
Walaupun ekonomi sebagai teori, awalnya adalah untuk mencapai kesejahteraan bagi umat manusia. Namun hingga kini kehidupan ekonomi berjalan dengan tetap meninggalkan masalah besar seperti :
*       Pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan saling keter-gantungan dan meninggalkan ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi.
*       Peningkatan pendapatan agregat tidak selalu sama artinya dengan penciptaan lapangan kerja; memperkecil kesenjangan kesejahteraan atau mengurangi kemiskinan.
*       Beban krisis ekonomi umumnya meninggalkan masalah hutang-piutang dan ketidakstabilan pertumbuhan.
*       Pertumbuhan industri dunia berbasis minyak bumi dan hasil tambang, menimbulkan kerusakan alam dan pemanasan global yang akan menguras kemampuan pendanaan, karena biaya pemulihan boleh jadi lebih besar dari nilai barang yang diproduksi.
*       Banyak pernyataan bahwa pemulihan ditanggung negara, akan tetapi kekayaan negara itu adalah kekayaan yang dihimpun dari rakyatnya. Jika beban melebihi dari yang dimiliki sekarang, pemerintah dapat saja mencari pendanaan lain dengan menerbitkan surat utang negara, yang ber-konsekuensi menguras kemampuan masa datang untuk keperluan sekarang. 

KETERGANTUNGAN EKONOMI
Keterbukaan ekonomi pada setiap negara sebenarnya telah terjadi cukup lama. Hampir tidak ada negara yang benar-benar terlepas dari impor dan ekspor sehubungan dengan tidak seluruh permintaan  jenis barang dan jasa dapat dipenuhi dari dalam negerinya.
          Bersamaan dengan itu, jenis pasar terus bertambah, yang sebelumnya hanya dikenali dengan pasar barang dan pasar tenaga kerja, kemudian bertambah dengan berbagai jenis pasar paling tidak untuk berbagai jenis industri hingga industri keuangan. Sejalan dengan perkembangan perdagangan  setiap jenis pasar yang menjadi sangat terbuka, walaupun dihadang oleh tarif dan non tarif barrier setiap negara. Keterbukaan berbagai jenis pasar berlangsung terus yang menawarkan semakin banyak pilihan barang dan jasa serta harga dan kualitas berbeda.
          Pada sektor riil, Indonesia walaupun kaya dengan hasil pertanian dan sumber daya alam didukung dengan luas wilayah dan panjang pantai, tidak lepas harus mengimpor berbagai jenis barang mulai dari barang-barang berteknologi; bahan bakar minyak dan sumber daya mineral lainnya; barang-barang pangan hingga kedelai dan garam. Dalam kebanyakan hal, ekspor Indonesia adalah berupa bahan mentah, dan kembali diimpor ke Indonesia dalam bentuk bahan baku industri, bahan setengah jadi atau barang jadi.
          Pada sektor keuangan dan jasa-jasa lainnya, Indonesia membuka dengan lebar pada sektor ini terutama setelah deregulasi perbankan 1987 – baca: liberalisasi industri keuangan. Kebijakan ini bukan hanya penambahan dan kebangkrutan beratus-ratus bank tetapi terbukanya pasar ini membuat sektor keuangan dikatakan banyak orang sebagai berbasis rejim devisa bebas yang menambah ketidakstabilan.
          Dua keadaan diatas menimbulkan ketergantungan hampir pada berbagai tingkat dan jenis industri atau sektor. Perubahan situasi pasar regional atau internasional menjadi berpengaruh terhadap kondisi ekonomi dalam negeri mengakibatkan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi harus dikelola dengan sangat rumit. 30% volume ekspor-impor dari total peredaran barang dan 10% capital in (out) flow dari total peredaran uang dan modal  sudah lebih dari cukup untuk membuat rumit menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri dari faktor-faktor eksternal.        
          Pada tabel berikut terlihat, bahwa perdagangan luar negeri Indonesia mengalami surplus pada neraca perdagangannya dan pada neraca pembayaran. Namun demikian kita menyaksikan bagaimana sektor keuangan seringkali membuat ketidakstabilan akibat rejim devisa bebas yang berlaku. Seberapa kuat ekonomi Indonesia dapat bertahan jika terjadi tekanan terhadap neraca perdagangan dan neraca pembayaran? Tentu tergantung pada fundamental ekonomi dalam negeri dan faktor-faktor eksternal seperti (i) pada sektor riil negara-negara lain yang menjadi mitra dagangnya dan (ii) pada sektor keuangan internasional. Ini sebuah konsekuensi bagi setiap negara dalam ekonomi global.  
                                                           
Dibalik angka-angka pertumbuhan diatas, terdapat konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, bukan hanya ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi saja, akan tetapi kerusakan lingkungan dan pemanasan global. Pembalakan hutan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor kayu/ kayu olahan; serta eksploitasi sumber daya alam menjadi penyebab utama kerusakan hutan dan ekosistem yang dibutuhkan bagi kelanjutan kehidupan itu sendiri.
          Kehilangan banyak hutan yang diperkirakan mencapai lebih dari 32 juta hektar dan jika ditambah dengan lahan – hutan/ perkebunan tidak terurus bisa mencapai lebih dari 70 juta hektar akan menjadi ancaman kelanjutan lingkungan hidup dengan kualitas yang terus menerus menurun. Kehilangan fungsi hutan sebagai resapan air dan reservoir alami mengakibatkan longsor dan kebanjiran di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau merata terjadi di perkotaan dan juga di desa-desa.
          Penggunaan hasil eksploitasi sumber daya alam baik hasil hutan maupun hasil tambang mengakibatkan kerusakan lingkungan di wilayah lain, misalnya kerusakan sungai yang diakibatkan dari pembuangan limbah B3 (berbahaya, beracun) yang berakibat rusaknya ekosistem dan rentan menimbulkan penyakit.
          Pemanasan global dan perubahan iklim akan terus berlanjut, karena selain oleh kerusakan hutan tetapi dipengaruhi pula oleh kemajuan ekonomi itu sendiri, seperti pertumbuhan transportasi, rumah-rumah kaca dengan pertumbuhan kota yang tidak menjaga tata-ruang sejalan dengan pertumbuhan pen-duduk.  Dengan mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan dalam 30 hingga 100 tahun kedepan, bumi akan  kehilangan ribuan pulau, dan diperkirakan Indonesia akan kehilangan tidak kurang dari 100 pulau.  
           Berbagai kesepakatan antar negara telah dibuat dengan setengah hati, karena sadar kerusakan alam boleh jadi membutuhkan pendanaan yang lebih besar dari jumlah produksi yang dihasilkan. Berbagai batasan melalui peraturan atau mengubah praktek industri yang saat ini berjalan muskil dijalankan senyampang negara-negara di dunia menghadapi krisis keuangan untuk menahan dari pertumbuhan negatif.
Ketahanan pangan (food security) berkalitan dengan tindakan untuk mempertahankan ketersediaan pangan dan aksesibilitas masyarakat di setiap daerah terhadap pangan sesuai dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri.  Penyediaan pangan sebagian besar ditempuh melalui produksi sendiri dan seba-giannya lagi dengan impor. Sedangkan aksesibilitas ditempuh dengan mengatur distribusi dan pasar yang biasanya diikuti dengan kebijakan harga – tata niaga.
          Secara umum, ancaman dari ketahanan pangan  timbul sebagai akibat : 
1.      Berkurangnya lahan perkebunan serta perubahan iklim dan praktik pertanian yang mengakibatkan gagal panen atau menurunnya kualitas pangan dan hara tanah;
2.      Menurunnya minat generasi muda untuk masuk pada bidang pangan mengingat nilai ekonomi pertanian yang rendah, akan menimbulkan ancaman diskontinyu dari kegiatan ekonomi pertanian.
3.      Ketidakstabilan distribusi dan aksesibilitas pada setiap daerah menjadi persoalan tersendiri, sebagaimana sering menjadi isu dalam berita di media masa.
4.      Potensi ancaman menurut kriteria FAO terdiri dari (i) tingginya proporsi penduduk yang kekurangan pangan; (ii)  tingginya proporsi protein dari rata-rata kebutuhan energi/protein yang disyaratkan (food gap); (iii) besarnya index Gini dari food gap konsumsi energi/protein; dan besarnya koefisien variasi konsumsi/energi.20 Penduduk dibawah garis kemiskinan dan potesi  keluarga yang berpenghasilan dibawah Rp 500.000,- perbulan adalah masuk dalam kategori ini.
Dari  sekilas tentang kehidupan ekonomi pangan dan keadaannya di daerah-daerah, maka kita sekarang dapat membayangkan bagaimana capaian antar kelompok suku bangsa/ daerah memiliki capaian kemakmuran berbeda karena tingkat-tingkat kegiatan ekonomi yang bervariasi. Hal ini menunjukkan, bagaimana kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi yang seharusnya dibuat untuk memberikan arah yang sama pada satu sisi dan keragaman solusi dengan melihat tingkat-tingkat kegiatan ekonomi yang berbeda antar kelompok/ suku bangsa/ daerah sesuai dengan kemampuan, latar belakang pendidikan, budaya dan kepercayaan pada sisi lainnya.
            

                                                --------  

TANTANGAN DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA ABAD 21




2      TANTANGAN DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA ABAD 21


Sekilas tentang kehidupan ekonomi  -  34
Capaian kemakmuran berbeda  -  36
Ketergantungan ekonomi  -  38 
Kerusakan lingkungan  -  41
Ketahanan pangan  – 42


SEKILAS TENTANG PERKEMBANGAN EKONOMI
Kehidupan ekonomi adalah kehidupan manusia. Kehidupan ekonomi diawali dengan masa berburu hingga masa industri dan perdagangan global. Tahap-tahap perkembangan ekonomi tersebut pada umumnya dapat dibagi dalam beberapa fase sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 2 PERKEMBANGAN EKONOMI

Ekonomi Praklasik
Ekonomi Klasik
Ekonomi Terbuka
Ekonomi Global
Tingkat Prakapitalisme
Tingkat Kapitalisme Menengah. Munculnya kolonialisme
Tingkat Kapitalisme Tinggi. Tumbuhnya kolonialisme
Tingkat Kapitalisme Akhir. Berakhirnya kolonialisme.
Masa Primitif
Masa rumah tangga tertutup
Masa Pertanian dan kerajinan
Masa Kerajinan, industri dan perdagangan
Masa perdagangan global
Cara memenuhi kebutuhan hidup dengan mengembara dan berburu.
Hidup bersama (relatif) menetap dan memenuhi kebutuhan hidup dengan cara berternak dan bertani.
Hidup menetap dengan tataran adat istiadat dan etika. Pemenuhan kebutuhan hidup dengan bertani dan kerajinan
Hidup dengan tataran kemasyarakatan. Pemenuhan kebutuhan hidup  berkem-bang dari kerajinan menuju pada Industri dan perda-gangan yang lebih intensif antar kelompok masyarakat.
Hidup dengan tataran kebangsaan. Pemenuhan kebutuhan hidup berkembang dari skala industri dan perdagangan yang lebih intensif antar kelompok negara.
Tidak ada tukar menukar antar kelompok masyarakat
Pertukaran antar kelompok masyarakat dengan cara innatura/ barter
Pertukaran antar kelompok masyrakat dengan menggunakan uang sebagai alat pertukaran dan pengukuran nilai.
Uang juga digunakan untuk mempermudah menghimpun kekayaan setiap orang, kelompok, atau negara. Uang dipinjamkan untuk sumber daya ekonomi.
Pertukaran antar kelompok masyarakat berkembang menjadi berbagai jenis pasar barang dan jasa.
Penjualan kredit dan cara penjualan berjangka diperkenalkan.
Standar dan auturan perdagangan internasional disepakati dan berlaku bagi setiap negara.

Setiap negara dapat menggu-nakan sumber daya negara-negara lain termasuk uang untuk pertumbuhan ekonomi. Produk  tidak lagi sepenuhnya dibuat oleh satu negara tetapi oleh banyak negara.
Saling ketergantungan dalam berbagai bidang industri, membuat tingkat kerumitan pengaturan bidang industri dan perdagangan dan jasa.
Tidak ada teori ekonomi dan tidak dikenal ketimpangan sosial ekonomi.
Timbul ketimpangan sosial ekonomi antar kelompok masyarakat dalam satu negara.
Dikotomi antara kapitalisme dengan sosialisme
Ketimpangan sosial ekonomi antar kelompok dan antar negara.
Dikotomi antara kapitalisme dengan sosialisme hingga komunisme.
Ketimpangan sosial ekonomi dalam situasi saling keterr-gantungan antar kelompok dan antar negara.
Komunisme kehilangan nilai fragmatisme. Kapita-isme dihadang oleh saling ketergan-tungan dan kolaborasi antar kelompok/ negara.
Sumber : Friedrich List, Karl Bucher, Bruno Hildebrand, Werner Sombart, Peter Drucker, Paul Krugman, Stiglitz, Tapscott & AD Williams-  diolah
Bagaimana setiap kelompok mencapai masa-masa perkembangan kehidupan ekonominya? Hingga kini masing-masing kelompok umat ber-evolusi menurut kemampuannya.
Kelompok umat dengan ekonomi tertutup
Ada kelompok-kelompok umat yang masih berada pada masa perkembangan rumah tangga tertutup. Pada masa ini, masyarakat hidup berkelompok menetap dalam suatu daerah kecil, terisolir atau mengisolir diri. Tidak ada hubungan antara kelompoknya dengan kelompok lainnya.  Jikapun ada hanya dalam hubungan yang sangat terbatas untuk melakukan pertukaran barang secara terbatas.
Mereka tidak mengetahui perkembangan kelompok umat di belahan bumi lainnya. Contoh keadaan seperti ini kita dapati seperti pada kelompok Kampung Naga atau Kelompok Badui di Jawa Barat, Dayak atau Asmat di Kalimantan dan Irian atau Aborigin di Australia. Kendatipun saat ini, mereka sedang mengalami adaptasi dan penyesuaian karena terbukanya isolasi pada daerahnya, namun pasti akan dirasakan sangat berat karena kesenjangan yang terlalu jauh, baik dalam pola kehidupan sehari-hari maupun struktur nilai hidupnya.
Dibalik itu semua terdapat suatu kearifan dimana mereka umumnya mempunyai prinsip harus selaras dengan alam, dan itu berarti memelihara ekosistem pada lingkungannya sendiri.
Kelompok umat dengan ekonomi terbuka
Bagi mereka yang menyebar ke seluruh penjuru dunia, seperti bangsa-bangsa Eropa akhirnya menguasai hampir setiap belahan bumi dengan menerapkan kolonialisme. Hal ini hanya memungkinkan bukan hanya keberanian mengarungi luasnya samudera yang melingkupi bumi, akan tetapi berkembangnya pengetahuan yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi koloninya. Mereka berkesempatan memaksakan semua aturan yang dibuat dan disepakati untuk berlaku di semua negara di dunia, yang akhirnya berlaku hingga kini dengan segala perubahannya.

Bagaimana keadaannya di Indonesia?
Jika memperhatikan kegiatan ekonomi dari Sabang hingga Merauke, kita akan melihat kegiatan ekonomi dari praklasik hingga kegiatan ekonomi terbuka dengan perdagangan luar negerinya. Bagaimana hal ini akan ditangani menjadi suatu tantangan berat tersendiri – Pengabaian kesenjanagn ini akan menimbulkan persoalan sosial politik.

CAPAIAN KEMAKMURAN BERBEDA
Pertumbuhan ekonomi membawa kemakmuran. Pencapaian kemakmuran setiap kelompok pada setiap daerah berbeda-beda. Demikian juga  kemakmuran yang dicapai oleh setiap negara. Perbedaan itu membawa konsekuensi kesenjangan yang semakin lebar. Sedikit dari jumlah penduduk dunia memperoleh kemakmuran lebih baik dan sebagian besar penduduk tetap berada dalam ketertinggalan.
Mengapa demikian? Karena perlombaan mencapai kesejahteraan kehidupan ekonomi antar-individu dan antar-kelompok umat manusia membawa konsekuensi persaingan. Hidup adalah perlombaan dan hidup adalah persaingan, karena untuk memenangkan persaingan, manusia berupaya sekuat tenaga dengan jalan apapun. Pada bagian lain, terdapat kelompok-kelompok manusia yang benar-benar tidak tersentuh oleh pergaulan atau perdagangan. Hidup cukup dengan berburu dan bercocok tanam dengan berpindah-pindah lahan. Sepintas dua pernyataan di atas tampak ekstrim. Namun berabad-abad kehidupan manusia memang berjalan dan meninggalkan fakta itu.
Kehidupan ekonomi dunia dapat dibagi kedalam kelompok selatan yang miskin dan kelompok utara yang kaya. Para ekonomis dan politisi dunia dari negara-negara pencetus ekonomi pasar bebas bisa berseloroh: bagaimana mungkin hidup tanpa persaingan dalam pasar bebas? Padahal dengan persaingan pasar bebas itulah yang mendorong pertumbuhan umat manusia dengan lebih baik.     
Situasi dengan ketimpangan sosial-ekonomi bukan hanya dilakukan oleh orang-perorang atau oleh kelompok-kelompok umat tertentu saja, akan tetapi juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang sesungguhnya dirancang untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Lalu apa yang salah?
Hingga kini, masalah ekonomi menempati pokok bahasan yang pelik dibanding permasalahan yang lain; karena bagaimanapun, manusia akan saling bersaing dalam mendapatkan makanan dan sumber kehidupan lainnya. Karena itu ekonomi merupakan salah satu faktor terpenting terhadap jatuh bangunnya suatu pemerintahan; juga menunjukkan kadar kesuksesan dan kegagalan politik yang berperan didalamnya, serta merupakan salah satu akibat muncul dan padamnya satu revolusi.19 
Walaupun ekonomi sebagai teori, awalnya adalah untuk mencapai kesejahteraan bagi umat manusia. Namun hingga kini kehidupan ekonomi berjalan dengan tetap meninggalkan masalah besar seperti :
*       Pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan saling keter-gantungan dan meninggalkan ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi.
*       Peningkatan pendapatan agregat tidak selalu sama artinya dengan penciptaan lapangan kerja; memperkecil kesenjangan kesejahteraan atau mengurangi kemiskinan.
*       Beban krisis ekonomi umumnya meninggalkan masalah hutang-piutang dan ketidakstabilan pertumbuhan.
*       Pertumbuhan industri dunia berbasis minyak bumi dan hasil tambang, menimbulkan kerusakan alam dan pemanasan global yang akan menguras kemampuan pendanaan, karena biaya pemulihan boleh jadi lebih besar dari nilai barang yang diproduksi.
*       Banyak pernyataan bahwa pemulihan ditanggung negara, akan tetapi kekayaan negara itu adalah kekayaan yang dihimpun dari rakyatnya. Jika beban melebihi dari yang dimiliki sekarang, pemerintah dapat saja mencari pendanaan lain dengan menerbitkan surat utang negara, yang ber-konsekuensi menguras kemampuan masa datang untuk keperluan sekarang. 

KETERGANTUNGAN EKONOMI
Keterbukaan ekonomi pada setiap negara sebenarnya telah terjadi cukup lama. Hampir tidak ada negara yang benar-benar terlepas dari impor dan ekspor sehubungan dengan tidak seluruh permintaan  jenis barang dan jasa dapat dipenuhi dari dalam negerinya.
          Bersamaan dengan itu, jenis pasar terus bertambah, yang sebelumnya hanya dikenali dengan pasar barang dan pasar tenaga kerja, kemudian bertambah dengan berbagai jenis pasar paling tidak untuk berbagai jenis industri hingga industri keuangan. Sejalan dengan perkembangan perdagangan  setiap jenis pasar yang menjadi sangat terbuka, walaupun dihadang oleh tarif dan non tarif barrier setiap negara. Keterbukaan berbagai jenis pasar berlangsung terus yang menawarkan semakin banyak pilihan barang dan jasa serta harga dan kualitas berbeda.
          Pada sektor riil, Indonesia walaupun kaya dengan hasil pertanian dan sumber daya alam didukung dengan luas wilayah dan panjang pantai, tidak lepas harus mengimpor berbagai jenis barang mulai dari barang-barang berteknologi; bahan bakar minyak dan sumber daya mineral lainnya; barang-barang pangan hingga kedelai dan garam. Dalam kebanyakan hal, ekspor Indonesia adalah berupa bahan mentah, dan kembali diimpor ke Indonesia dalam bentuk bahan baku industri, bahan setengah jadi atau barang jadi.
          Pada sektor keuangan dan jasa-jasa lainnya, Indonesia membuka dengan lebar pada sektor ini terutama setelah deregulasi perbankan 1987 – baca: liberalisasi industri keuangan. Kebijakan ini bukan hanya penambahan dan kebangkrutan beratus-ratus bank tetapi terbukanya pasar ini membuat sektor keuangan dikatakan banyak orang sebagai berbasis rejim devisa bebas yang menambah ketidakstabilan.
          Dua keadaan diatas menimbulkan ketergantungan hampir pada berbagai tingkat dan jenis industri atau sektor. Perubahan situasi pasar regional atau internasional menjadi berpengaruh terhadap kondisi ekonomi dalam negeri mengakibatkan menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi harus dikelola dengan sangat rumit. 30% volume ekspor-impor dari total peredaran barang dan 10% capital in (out) flow dari total peredaran uang dan modal  sudah lebih dari cukup untuk membuat rumit menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri dari faktor-faktor eksternal.        
          Pada tabel berikut terlihat, bahwa perdagangan luar negeri Indonesia mengalami surplus pada neraca perdagangannya dan pada neraca pembayaran. Namun demikian kita menyaksikan bagaimana sektor keuangan seringkali membuat ketidakstabilan akibat rejim devisa bebas yang berlaku. Seberapa kuat ekonomi Indonesia dapat bertahan jika terjadi tekanan terhadap neraca perdagangan dan neraca pembayaran? Tentu tergantung pada fundamental ekonomi dalam negeri dan faktor-faktor eksternal seperti (i) pada sektor riil negara-negara lain yang menjadi mitra dagangnya dan (ii) pada sektor keuangan internasional. Ini sebuah konsekuensi bagi setiap negara dalam ekonomi global.  
                                                        
KERUSAKAN LINGKUNGAN
Dibalik angka-angka pertumbuhan diatas, terdapat konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, bukan hanya ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi saja, akan tetapi kerusakan lingkungan dan pemanasan global. Pembalakan hutan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor kayu/ kayu olahan; serta eksploitasi sumber daya alam menjadi penyebab utama kerusakan hutan dan ekosistem yang dibutuhkan bagi kelanjutan kehidupan itu sendiri.
          Kehilangan banyak hutan yang diperkirakan mencapai lebih dari 32 juta hektar dan jika ditambah dengan lahan – hutan/ perkebunan tidak terurus bisa mencapai lebih dari 70 juta hektar akan menjadi ancaman kelanjutan lingkungan hidup dengan kualitas yang terus menerus menurun. Kehilangan fungsi hutan sebagai resapan air dan reservoir alami mengakibatkan longsor dan kebanjiran di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau merata terjadi di perkotaan dan juga di desa-desa.
          Penggunaan hasil eksploitasi sumber daya alam baik hasil hutan maupun hasil tambang mengakibatkan kerusakan lingkungan di wilayah lain, misalnya kerusakan sungai yang diakibatkan dari pembuangan limbah B3 (berbahaya, beracun) yang berakibat rusaknya ekosistem dan rentan menimbulkan penyakit.
          Pemanasan global dan perubahan iklim akan terus berlanjut, karena selain oleh kerusakan hutan tetapi dipengaruhi pula oleh kemajuan ekonomi itu sendiri, seperti pertumbuhan transportasi, rumah-rumah kaca dengan pertumbuhan kota yang tidak menjaga tata-ruang sejalan dengan pertumbuhan pen-duduk.  Dengan mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan dalam 30 hingga 100 tahun kedepan, bumi akan  kehilangan ribuan pulau, dan diperkirakan Indonesia akan kehilangan tidak kurang dari 100 pulau.  
           Berbagai kesepakatan antar negara telah dibuat dengan setengah hati, karena sadar kerusakan alam boleh jadi membutuhkan pendanaan yang lebih besar dari jumlah produksi yang dihasilkan. Berbagai batasan melalui peraturan atau mengubah praktek industri yang saat ini berjalan muskil dijalankan senyampang negara-negara di dunia menghadapi krisis keuangan untuk menahan dari pertumbuhan negatif.
KETAHANAN PANGAN
Ketahanan pangan (food security) berkalitan dengan tindakan untuk mempertahankan ketersediaan pangan dan aksesibilitas masyarakat di setiap daerah terhadap pangan sesuai dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri.  Penyediaan pangan sebagian besar ditempuh melalui produksi sendiri dan seba-giannya lagi dengan impor. Sedangkan aksesibilitas ditempuh dengan mengatur distribusi dan pasar yang biasanya diikuti dengan kebijakan harga – tata niaga.
          Secara umum, ancaman dari ketahanan pangan  timbul sebagai akibat : 
1.      Berkurangnya lahan perkebunan serta perubahan iklim dan praktik pertanian yang mengakibatkan gagal panen atau menurunnya kualitas pangan dan hara tanah;
2.      Menurunnya minat generasi muda untuk masuk pada bidang pangan mengingat nilai ekonomi pertanian yang rendah, akan menimbulkan ancaman diskontinyu dari kegiatan ekonomi pertanian.
3.      Ketidakstabilan distribusi dan aksesibilitas pada setiap daerah menjadi persoalan tersendiri, sebagaimana sering menjadi isu dalam berita di media masa.
4.      Potensi ancaman menurut kriteria FAO terdiri dari (i) tingginya proporsi penduduk yang kekurangan pangan; (ii)  tingginya proporsi protein dari rata-rata kebutuhan energi/protein yang disyaratkan (food gap); (iii) besarnya index Gini dari food gap konsumsi energi/protein; dan besarnya koefisien variasi konsumsi/energi.20 Penduduk dibawah garis kemiskinan dan potesi  keluarga yang berpenghasilan dibawah Rp 500.000,- perbulan adalah masuk dalam kategori ini.
Dari  sekilas tentang kehidupan ekonomi pangan dan keadaannya di daerah-daerah, maka kita sekarang dapat membayangkan bagaimana capaian antar kelompok suku bangsa/ daerah memiliki capaian kemakmuran berbeda karena tingkat-tingkat kegiatan ekonomi yang bervariasi. Hal ini menunjukkan, bagaimana kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi yang seharusnya dibuat untuk memberikan arah yang sama pada satu sisi dan keragaman solusi dengan melihat tingkat-tingkat kegiatan ekonomi yang berbeda antar kelompok/ suku bangsa/ daerah sesuai dengan kemampuan, latar belakang pendidikan, budaya dan kepercayaan pada sisi lainnya.
            
                                                --------