2 TANTANGAN DAN PROSPEK
EKONOMI INDONESIA ABAD 21
Sekilas tentang kehidupan
ekonomi - 34
Capaian
kemakmuran berbeda - 36
Ketergantungan ekonomi - 38
Kerusakan lingkungan - 41
Ketahanan pangan – 42
SEKILAS
TENTANG PERKEMBANGAN EKONOMI
Kehidupan ekonomi adalah kehidupan manusia. Kehidupan ekonomi diawali
dengan masa berburu hingga masa industri dan perdagangan global. Tahap-tahap
perkembangan ekonomi tersebut pada umumnya dapat dibagi dalam beberapa fase
sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.
Bagaimana setiap kelompok
mencapai masa-masa perkembangan kehidupan ekonominya? Hingga kini masing-masing
kelompok umat ber-evolusi menurut kemampuannya.
Kelompok
umat dengan ekonomi tertutup
Ada kelompok-kelompok umat yang masih berada pada masa perkembangan rumah
tangga tertutup. Pada masa ini, masyarakat hidup berkelompok menetap dalam
suatu daerah kecil, terisolir atau mengisolir diri. Tidak ada hubungan antara
kelompoknya dengan kelompok lainnya.
Jikapun ada hanya dalam hubungan yang sangat terbatas untuk melakukan
pertukaran barang secara terbatas.
Mereka tidak mengetahui perkembangan kelompok umat di belahan bumi
lainnya. Contoh keadaan seperti ini kita dapati seperti pada kelompok Kampung
Naga atau Kelompok Badui di Jawa Barat, Dayak atau Asmat di Kalimantan dan
Irian atau Aborigin di Australia. Kendatipun saat ini, mereka sedang mengalami
adaptasi dan penyesuaian karena terbukanya isolasi pada daerahnya, namun pasti
akan dirasakan sangat berat karena kesenjangan yang terlalu jauh, baik dalam
pola kehidupan sehari-hari maupun struktur nilai hidupnya.
Dibalik itu semua terdapat suatu kearifan dimana mereka umumnya
mempunyai prinsip harus selaras dengan alam, dan itu berarti memelihara
ekosistem pada lingkungannya sendiri.
Kelompok
umat dengan ekonomi terbuka
Bagi mereka yang
menyebar ke seluruh penjuru dunia, seperti bangsa-bangsa Eropa akhirnya
menguasai hampir setiap belahan bumi dengan menerapkan kolonialisme. Hal ini
hanya memungkinkan bukan hanya keberanian mengarungi luasnya samudera yang
melingkupi bumi, akan tetapi berkembangnya pengetahuan yang lebih cepat
dibandingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi koloninya. Mereka
berkesempatan memaksakan semua aturan yang dibuat dan disepakati untuk berlaku
di semua negara di dunia, yang akhirnya berlaku hingga kini dengan segala
perubahannya.
Bagaimana keadaannya di Indonesia?
Jika memperhatikan kegiatan ekonomi dari Sabang hingga Merauke, kita akan
melihat kegiatan ekonomi dari praklasik hingga kegiatan ekonomi terbuka dengan
perdagangan luar negerinya. Bagaimana hal ini akan ditangani menjadi suatu tantangan
berat tersendiri – Pengabaian kesenjanagn ini akan menimbulkan persoalan
sosial politik.
CAPAIAN KEMAKMURAN BERBEDA
Pertumbuhan ekonomi membawa kemakmuran. Pencapaian
kemakmuran setiap kelompok pada setiap daerah berbeda-beda. Demikian juga kemakmuran yang dicapai oleh setiap negara.
Perbedaan itu membawa konsekuensi kesenjangan yang semakin lebar. Sedikit dari
jumlah penduduk dunia memperoleh kemakmuran lebih baik dan sebagian besar
penduduk tetap berada dalam ketertinggalan.
Mengapa demikian? Karena
perlombaan mencapai kesejahteraan kehidupan ekonomi antar-individu dan antar-kelompok
umat manusia membawa konsekuensi persaingan. Hidup adalah perlombaan dan hidup
adalah persaingan, karena untuk memenangkan persaingan, manusia berupaya sekuat
tenaga dengan jalan apapun. Pada bagian lain, terdapat kelompok-kelompok
manusia yang benar-benar tidak tersentuh oleh pergaulan atau perdagangan. Hidup cukup dengan berburu dan bercocok tanam dengan
berpindah-pindah lahan. Sepintas dua pernyataan di atas tampak ekstrim. Namun
berabad-abad kehidupan manusia memang berjalan dan meninggalkan fakta itu.
Kehidupan ekonomi dunia dapat
dibagi kedalam kelompok selatan yang miskin dan kelompok utara yang kaya. Para
ekonomis dan politisi dunia dari negara-negara pencetus ekonomi pasar bebas
bisa berseloroh: bagaimana mungkin hidup tanpa persaingan dalam pasar bebas? Padahal dengan persaingan pasar bebas itulah yang
mendorong pertumbuhan umat manusia dengan lebih baik.
Situasi dengan ketimpangan sosial-ekonomi bukan hanya dilakukan oleh
orang-perorang atau oleh kelompok-kelompok umat tertentu saja, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang sesungguhnya dirancang untuk
kepentingan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Lalu apa yang salah?
Hingga kini, masalah ekonomi menempati pokok bahasan yang pelik
dibanding permasalahan yang lain; karena bagaimanapun, manusia akan saling
bersaing dalam mendapatkan makanan dan sumber kehidupan lainnya. Karena itu
ekonomi merupakan salah satu faktor terpenting terhadap jatuh bangunnya suatu
pemerintahan; juga menunjukkan kadar kesuksesan dan kegagalan politik yang
berperan didalamnya, serta merupakan salah satu akibat muncul dan padamnya satu
revolusi.19
Walaupun ekonomi sebagai teori,
awalnya adalah untuk mencapai kesejahteraan bagi umat manusia. Namun hingga
kini kehidupan ekonomi berjalan dengan tetap meninggalkan masalah besar seperti
:





KETERGANTUNGAN EKONOMI
Keterbukaan ekonomi pada setiap negara sebenarnya telah terjadi cukup
lama. Hampir tidak ada negara yang benar-benar terlepas dari impor dan ekspor
sehubungan dengan tidak seluruh permintaan
jenis barang dan jasa dapat dipenuhi dari dalam negerinya.
Bersamaan dengan itu, jenis
pasar terus bertambah, yang sebelumnya hanya dikenali dengan pasar barang dan
pasar tenaga kerja, kemudian bertambah dengan berbagai jenis pasar paling tidak
untuk berbagai jenis industri hingga industri keuangan. Sejalan dengan
perkembangan perdagangan setiap jenis
pasar yang menjadi sangat terbuka, walaupun dihadang oleh tarif dan non tarif
barrier setiap negara. Keterbukaan berbagai jenis pasar berlangsung terus yang
menawarkan semakin banyak pilihan barang dan jasa serta harga dan kualitas berbeda.
Pada sektor riil, Indonesia
walaupun kaya dengan hasil pertanian dan sumber daya alam didukung dengan luas
wilayah dan panjang pantai, tidak lepas harus mengimpor berbagai jenis barang
mulai dari barang-barang berteknologi; bahan bakar minyak dan sumber daya
mineral lainnya; barang-barang pangan hingga kedelai dan garam. Dalam
kebanyakan hal, ekspor Indonesia adalah berupa bahan mentah, dan kembali
diimpor ke Indonesia dalam bentuk bahan baku industri, bahan setengah jadi atau
barang jadi.
Pada sektor keuangan dan
jasa-jasa lainnya, Indonesia membuka dengan lebar pada sektor ini terutama
setelah deregulasi perbankan 1987 – baca: liberalisasi industri keuangan.
Kebijakan ini bukan hanya penambahan dan kebangkrutan beratus-ratus bank tetapi
terbukanya pasar ini membuat sektor keuangan dikatakan banyak orang sebagai
berbasis rejim devisa bebas yang menambah ketidakstabilan.
Dua keadaan diatas
menimbulkan ketergantungan hampir pada berbagai tingkat dan jenis industri atau
sektor. Perubahan situasi pasar regional atau internasional menjadi berpengaruh
terhadap kondisi ekonomi dalam negeri mengakibatkan menjaga stabilitas
pertumbuhan ekonomi harus dikelola dengan sangat rumit. 30% volume ekspor-impor
dari total peredaran barang dan 10% capital in (out) flow dari total peredaran
uang dan modal sudah lebih dari cukup
untuk membuat rumit menjaga stabilitas ekonomi
dalam negeri dari faktor-faktor eksternal.
Pada tabel berikut
terlihat, bahwa perdagangan luar negeri
Indonesia mengalami surplus pada neraca perdagangannya dan pada neraca
pembayaran. Namun demikian kita menyaksikan
bagaimana sektor keuangan seringkali membuat ketidakstabilan akibat rejim
devisa bebas yang berlaku. Seberapa kuat
ekonomi Indonesia dapat bertahan jika terjadi tekanan terhadap neraca perdagangan
dan neraca pembayaran? Tentu tergantung pada fundamental ekonomi dalam negeri
dan faktor-faktor eksternal seperti (i) pada sektor riil negara-negara lain
yang menjadi mitra dagangnya dan (ii) pada sektor keuangan internasional. Ini sebuah konsekuensi
bagi setiap negara dalam ekonomi global.
KERUSAKAN LINGKUNGAN
Dibalik angka-angka
pertumbuhan diatas, terdapat konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, bukan
hanya ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi saja, akan tetapi kerusakan
lingkungan dan pemanasan global. Pembalakan hutan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri dan ekspor kayu/ kayu olahan; serta eksploitasi sumber daya alam
menjadi penyebab utama kerusakan hutan dan ekosistem yang dibutuhkan bagi
kelanjutan kehidupan itu sendiri.
Kehilangan banyak hutan yang
diperkirakan mencapai lebih dari 32 juta hektar dan jika ditambah dengan lahan –
hutan/ perkebunan tidak terurus bisa mencapai lebih dari 70 juta hektar akan
menjadi ancaman kelanjutan lingkungan hidup dengan kualitas yang terus menerus
menurun. Kehilangan fungsi hutan sebagai resapan air dan reservoir alami
mengakibatkan longsor dan kebanjiran di musim hujan dan kekeringan di musim
kemarau merata terjadi di perkotaan dan juga
di desa-desa.
Penggunaan hasil eksploitasi sumber daya alam baik hasil hutan maupun hasil
tambang mengakibatkan kerusakan lingkungan di wilayah lain, misalnya kerusakan
sungai yang diakibatkan dari pembuangan limbah B3 (berbahaya, beracun) yang
berakibat rusaknya ekosistem dan rentan menimbulkan penyakit.
Pemanasan global dan perubahan iklim
akan terus berlanjut, karena selain oleh kerusakan hutan tetapi dipengaruhi
pula oleh kemajuan ekonomi itu sendiri, seperti pertumbuhan transportasi, rumah-rumah
kaca dengan pertumbuhan kota yang tidak menjaga tata-ruang sejalan dengan
pertumbuhan pen-duduk. Dengan mencairnya
es di kutub utara dan kutub selatan dalam 30 hingga 100 tahun kedepan, bumi
akan kehilangan ribuan pulau, dan
diperkirakan Indonesia akan kehilangan tidak kurang dari 100 pulau.
Berbagai kesepakatan antar negara telah dibuat
dengan setengah hati, karena sadar kerusakan alam boleh jadi membutuhkan
pendanaan yang lebih besar dari jumlah produksi yang dihasilkan. Berbagai
batasan melalui peraturan atau mengubah praktek industri yang saat ini berjalan
muskil dijalankan senyampang negara-negara di dunia menghadapi krisis keuangan untuk menahan dari pertumbuhan negatif.
KETAHANAN
PANGAN
Ketahanan pangan (food security) berkalitan dengan tindakan untuk
mempertahankan ketersediaan pangan dan aksesibilitas masyarakat di setiap
daerah terhadap pangan sesuai dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri. Penyediaan pangan sebagian besar ditempuh
melalui produksi sendiri dan seba-giannya lagi dengan impor. Sedangkan
aksesibilitas ditempuh dengan mengatur distribusi dan pasar yang biasanya
diikuti dengan kebijakan harga – tata niaga.
Secara umum, ancaman dari ketahanan pangan
timbul sebagai akibat :
1.
Berkurangnya lahan
perkebunan serta perubahan iklim dan praktik pertanian yang mengakibatkan gagal
panen atau menurunnya kualitas pangan dan hara tanah;
2.
Menurunnya minat generasi
muda untuk masuk pada bidang pangan mengingat nilai ekonomi pertanian yang
rendah, akan menimbulkan ancaman diskontinyu dari
kegiatan ekonomi pertanian.
3.
Ketidakstabilan
distribusi dan aksesibilitas pada setiap daerah menjadi persoalan tersendiri,
sebagaimana sering menjadi isu dalam berita di media masa.
4.
Potensi ancaman
menurut kriteria FAO terdiri dari (i) tingginya proporsi penduduk yang
kekurangan pangan; (ii) tingginya
proporsi protein dari rata-rata kebutuhan energi/protein yang disyaratkan (food
gap); (iii) besarnya index Gini dari food gap konsumsi energi/protein; dan
besarnya koefisien variasi konsumsi/energi.20 Penduduk dibawah garis
kemiskinan dan potesi keluarga yang
berpenghasilan dibawah Rp 500.000,- perbulan adalah masuk dalam kategori ini.
Dari sekilas
tentang kehidupan ekonomi pangan dan keadaannya di daerah-daerah, maka kita sekarang dapat membayangkan bagaimana capaian
antar kelompok suku bangsa/ daerah memiliki capaian
kemakmuran berbeda karena tingkat-tingkat kegiatan ekonomi yang bervariasi. Hal
ini menunjukkan, bagaimana kebijakan dan strategi pembangunan ekonomi yang
seharusnya dibuat untuk memberikan arah yang sama pada satu sisi dan keragaman solusi
dengan melihat tingkat-tingkat kegiatan ekonomi yang berbeda antar kelompok/
suku bangsa/ daerah sesuai dengan kemampuan, latar belakang pendidikan, budaya
dan kepercayaan pada sisi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar